Beranda Sastra & Budaya

Hidup Ku Mati Ku

Oleh : Sekar (Siswi Kelas XII MA AL-Haitsam Bogor)

Aku adalah Laa ilaaha illallah
Fajar menepuk pipi agar bertukar tugas dengan rembulan
Bangkitlah dia bersama tolakkan angin pagi untuk menegaskan
bahwa telah datang dini yang menapar manusia tuk beranjak dari peraduan

Aku adala Laa ilaaha illallah
digemakan dalam masa berjangka
dibaca dalam rangka sekedar penghapus dosa
Sekiranya aku adalah nyawa yang bisa membuat masuk surga
dicarilah aku dalam jerami yang dikuasai malaikat penghilang jiwa

Aku adalah Laa ilaaha illallah
di agungkan atom-atom, akar, dan rumputan
Namun anak adam menuangkanku pada khutbah
tanpa disesap barang setetes atau sejumput garam lautan

Baca:  Dari sekedar Hobi, Pengrajin Kujang ini Dilirik Wisatawan Asing

Aku adalah Laa ilaaha illallah
dahulu sangat terkenal–dirapalkan oleh hamba-hamba Tuhan
dahulu sangat diroda–diabadikan pada panji-panji kekuasaan
dahulu sangat dicinta–dijadikan udara setiap napas sebagai asupan
Namun, ini zaman ?

Aku adalah Laa ilaaha illallah
rindu dikasihi khalayak yang melombakanku dengan tasbih berulang
rindu menemaninya menjahit,memasak, bahkan berladang
rindu diraungkan kala porak-poranda sudah melanglang
rindu dimasukkan ke kalbu yang pilu tempo sukmanya hilang

Aku adalah Laa ilaaha illallah
Ketika aku sudah asing, zaman pun akan usang
Salahkah jika aku bersaksi bahwa kehancuran akan
segara tiba ?