Beranda Musik

Pernah dibayar Gorengan, Wahyu Saputro Menginspirasi Lewat Kisahnya Jadi Musikus

Wahyu Saputro

LIPUTANBOGOR.COM – Wahyu Saputro lahir pada 03 November 1991 anak ke-6 dari 7 bersaudara ini terlahir dari orang tua hebat yaitu Bapak Suwarno dan Ibu Heni Erawati (alm). Sejak kecil ia telah banyak menunjukan bakatnya dibidang seni seperti melukis, bernyanyi, dan menulis syair.

Lewat lini masa yang panjang, ia tumbuh dengan karakter yang cenderung pendiam. Pada usia remaja ia meraih beberapa penghargaan atas lomba lukis yang ia ikuti di sekolahnya. Selain itu, ia mulai memberanikan diri untuk tampil dalam pentas seni di sekolahnya. Secara mengejutkan, ia mampu menghipnotis penonton dengan kesungguhannya dalam menyampaikan isi syair dalam lagu yang ia bawakan.

Beranjak dewasa, Wahyu Saputro semakin mengukuhkan keinginannya untuk menekuni profesi sebagai musikus. Dengan mimpinya mampu mengelilingi Nusantara dengan karya lagu maupun tulisannya. Ia memulai perjalananya melalui panggung-panggung kecil, dari kafe ke kafe, hingga panggung besar. Bersamaan dengan itu ia membentuk sebuah band yang telah dirintis selama kurang lebih 6 tahun. Suka duka dalam berkarya sering ia jumpai, seperti hanya dibayar dengan sebungkus gorengan, nasi kotak, dan sebagainya. Namun, hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk tetap menjemput mimpinya.

Baca:  Gak Perlu Ngethrift ke Jakarta, Berburu "Good Old Stuff" Murah di Bogor

Waktu ke waktu berlalu, perjalanan band tak selamanya mulus, banyak terjadi ketimpangan internal. Hingga akhirnya secara perlahan hal itu mengikis visi dan misi band yang selama ini dipertahankan. Singkat cerita, karir sebagai vokalis band terhenti sampai disitu.

Melewati serangkaian kejadian yang membuatnya terpuruk, kini memasuki lembaran baru dengan menggagas proyek album solo. Kekecewaan yang ia alami memang sempat membuatnya terpuruk. Akan tetapi, hal tersebut tidak membuatnya melemah. Mengawali proyek album solonya, proses pengumpulan materi album berlandaskan dengan tema-tema humanis dan juga lagu tentang pengorbanan perasaan. Ia menangani rekamannya itu hingga proses mixing dan mastering, dengan komputer dan perangkat rekaman seadanya. Hingga pada proses desain dan cetak pun ia menanganinya sendiri.

Baca:  DPRD Kota Bogor Aziz Muslim, Lakukan Monitoring di Kelurahan Bantarjati

Kendala dalam pembuatan album lebih kepada waktu pengerjaan yang harus berbagi dengan aktivitas lainnya. Alhasil, album selesai dalam kurun waktu 5 bulan terhitung sejak bulan November 2018.

Akhirnya pada bulan Maret 2019, telah rilis sebuah album fisik dari Wahyu Saputro yang bertajuk Metafora dengan berisikan Enam (6) lagu yakni, Lawang Salapan (Kota Hujan), Epilog Senja, Sarjana, Akhirnya Ku Mengalah, Sahabat Kecil, dan Teman Semesta.

Mengarah terhadap makna dari Metafora itu sendiri, ia berharap albumnya ini dapat menyampaikan pesan tersirat yang terbalut dalam kiasan pada lirik lagu-lagunya untuk bisa bermanfaat serta menginspirasi para pendengarnya.

Baca:  Mengenal Lebih Dekat Kiprah Band Letterbomb

Album Metafora sudah tersedia di Eternalstore Bogor dan juga dapat dipesan langsung di instagram @wahyusaputromusic dengan bandrol Rp. 40.000. Selain itu, untuk koordinasi jadwal panggung bisa langsung Direct Message (DM) instagram @wahyusaputromusic.

Untuk melihat beberapa karya videonya bisa langsung cek channel youtube wahyusaputromusic0311. Semoga dengan rilisnya album ini, ia dapat mengepakan sayap karyanya untuk dapat berbagi manfaat dan inspirasi kepada pendengarnya. (W, J)